INDONESIA
Tepaisaka dan Kilipase
Adalah seekor anjing
dan seekor kanguru yang masing-masing bernama Tepaisaka dan Kilipase. Kedudukan
keduanya masing-masing menjabat sebagai kepala kampung. Tepaisaka dengan
rakyatnya berkediaman di pulau Obariyo dan Kensio, sedangkan Kilipase bersama
rakyatnya bertempat tinggal di bukit-bukit Ibahele, di tempat yang bernama
Koteluyo dan Wauheheye Elu.
Setiap petang hari
Tepaisaka berenang ke pantai Ibahele. Ia bermaksud akan menonton tarian adat
dari rakyat kanguru yang dikepalai oleh Kilipase. Waktu pertunjukan sudah tepat
maka pemimpin tarian memanggil rombongan penari masuk ke tempat tarian. Nama
tempat tarian itu “Emaho Wahuyau” (bahasa daerah Sentani). Seluruh tubuh
penari-penari itu dihiasi dengan bermacam-macam bulu burung seperti:
Cenderawasih, Mambruk, Kakaktua, Kumkum dan bunga-bunga serta beraneka
daun-daunan. Kilipase sendiri menggunakan seekor burung Cendrawasih yang utuh
di atas kepalanya termasuk juga nokennya.
Ketika rombongan
penari tiba didepan Tepaisaka, Kilipase melompat-lompat sambil menarik tali
busur dengan anak panahnya, lalu diarahkan ke muka Tepaisaka kemudian
melepaskan tali busur dan berkata: “Hai Tepaisaka, anjing-anjing biasanya hanya
bermimpi-mimpi saja. Tidak pernah mengadakan sesuatu pesta, tidak berperang,
pendeknya tidak punya acara. Selain hanya tinggal mengharapkan sisa-sisa
makanan dari masyarakt umum!” begitulah perlakuan Kilipase terhadap Tepaisaka
berulang-ulang kali, bila ia datang untuk menonton.
Pada suatu hari
Tepaisaka pergi menonton lagi namun ia diperlakukan seperti biasanya. Ketika
mendengar kata-kata penghinaan itu Tepaisaka menangis, lalu kembali ke
kampungnya di pulau Obariyo dan Kensiyo. Sesampai dirumah ia berbaring sambil
merenungkan kembali kata-kata Kilipase yang angkuh itu. Sudah menjadi kebiasaan
kalau ada pesta adat, maka berdatanganlah penonton baik penghulu maupun rakyat
biasa, tetapi mengapa saya saja yang diejek? mengapa? Teringat pada ejekan itu,
ia mengambil keputusan untuk membunuh Kilipase. Oleh sebab itu keesokan harinya,
ia menyuruh memasak daging babi dan papeda dalam beberapa sempe. Kemudian ia
mengundang semua anjing yang berada di pulau itu. Setelah para undangan tiba
lalu dipersilahkannya untuk makan bersama-sama. Tetapi anjing-anjing itu tidak
mau makan sebelum Tepaisaka menyatakan isi hatinya kepada mereka. Tepaisaka
mengatakan bahwa hal itu merupakan kebiasaan bagi seorang pemimpin, untuk
memberi makan kepada masyarakatnya demi persatuan dan kesatuan mereka. Namun
demikian anjing-anjing itu tetap pada pendiriannya. Karena diminta
berkali-kali, akhirnya Tepaisaka menyampaikan isi hatinya. Mendengar kisah
Tapaisaka, sekejap saja anjing-anjing tersebut menghabiskan makanan tadi.
Keesokan hari mereka
berangkat ke pantai Ibahele. Tepaisaka mengingatkan anjing-anjing itu supaya
Kilipase diserahkan kepadanya bila mana ia ditangkap. Setiba di sana
anjing-anjing itu bersiap-siap pada tempatnya yang sudah ditentukan. Tiada
beberapa lama kepala tarian memanggil para penari untuk memasuki tempat tarian.
Acara tarian adat segera di buka dengan resmi oleh Kilipase. Kepala tarian
melagukan sebuah lagu, lalu disambut para penari dan diiringi bersama dengan
tarian yang dibawakan. Ketika rombongan penari itu tiba didepan Tepaisaka maka
Kilipase berbuat seperti yang dilakukan dulu terhadap Tepaisaka. Pada saat
Kilipase hendak berkata-kata lagi, kesempatan ini dipergunakan Tepaisaka untuk
menerkamnya. Ketika itu juga dari segala penjuru, anjing-anjing yang sejak tadi
bersembunyi menyerbu dan membunuh kanguru-kanguru itu.
Dari sejak tadi
Kilipase dan Tepaisaka bergumul mati-matian. Kilipase berusaha melarikan diri
ke pantai Ibahele, tetapi Tepaisaka tetap mengejarnya. Kilipase terus berlari
dan berenang ke seberang danau. Oleh karena Tepaisaka tidak bisa berenang lalu
ia meraung-raung sekuat-kuatnya, seolah-olah hendak meminta pertolongan kepada
siapa saja untuk membunuh kanguru itu. Mendengar salakan tadi muncullah seekor
buaya yang bernama BAROKELEU menuju tepi danau dimana Tepaisaka berdiri.
”Mengapa kau meraung sekuat itu?” tanya buaya. Tepaisaka menceritakan peristiwa
yang telah terjadi, sambil menunjuk ke arah kanguru yang sedang berenang di
danau itu. Tepaisaka meminta agar diantarkan ke seberang danau.
“Aku dapat
menolongmu, tetapi kau harus berjanji dulu, jika berhasil membunuh kanguru itu
jangan lupa bagian ku.” kata buaya. Tepaisaka pun berjanji akan berbagi dengan
si buaya bila kanguru dibunuh. Dengan demikian Tepaisaka dibolehkan naik ke
punggungnya, kemudian meluncur di permukaan air hendak menyeberangkan anjing ke
sebelah danau. Setiba di seberang anjing melompat ke darat lalu mengejar
kanguru. Karena daerah itu berawa-rawa, kanguru mengalami kesulitan. Tepaisaka
terus mengejar dan membunuh Kilipase yang sudah kepayahan. Oleh karena ganas
dan rakusnya, daging Kilipase dimakannya hingga habis. Setelah kenyang barulah
ia teringat perjanjiannya dengan buaya itu. Terpaksa ia mencari akal untuk
memperdayakan buaya itu. Digigitnya akar pohon dadap yang sudah lapuk karena
akar ini hampir menyerupai daging kanguru.
Setiba dipantai ia
menyalak lagi, lalu buaya pun segera datang. Ia tahu, pasti anjing mengantarkan
daging kanguru untuknya. Karena sudah lapar buaya meminta bagiannya segera
diserahkan untuk di makan. Namun Tepaisaka menjawab bahwa penyerahan daging
kanguru akan dilakukan setelah sampai di seberang. Walaupun sudah lapar buaya
masih bersedia juga mengantarkan Teipasaka ke seberang.
Setiba di daratan
buaya itu disuruh membuka mulutnya lalu dilemparkan akar busuk tadi ke dalam
mulutnya. Karena yang digigit terasa keras, maka buaya memukul anjing dengan
ekornya. Teipasaka sempat melompat, namun sebagian perutnya kena pukulan. Buaya
bersumpah bahwa turun-temurunnya tetap bermusuhan dengan anjing karena
Tepaisaka telah menipunya. Tepaisaka kembali menemui rakyatnya di bukit
Ibahele. Kedatangannya disambut dengan sorak-sorai atas kemenangan yang sudah
dicapai. Seterusnya mereka kembali ke pulau Obario dan Kensio, lalu mengadakan
pesta secara besar-besarkan atas kemenangannya.
ENGLISH
Tepaisaka
and Kilipase
There
were a dog and a kangaroo each named Tepaisaka and Kilipase. Both of them
served as chief. Tepaisaka resided with his people in Obariyo and Kensio
Island, while Kilipase with his people lived in the hills Ibahele, at a place
called Koteluyo and Wauheheye Elu.
Every
evening Tepaisaka swam to Ibahele beach. He intended to watch the traditional
dance of the kangaroo folk led by Kilipase. The show time was coming and the
leader of the dance called all the dancers to perform on the stage. The stage
was called "Emaho Wahuyau" (language of the Sentani area). The entire
body of the dancers were decorated with various assortment of feathers like:
Cenderawasih, Mambruk, cockatoos, Kumkum and flowers and also various greenery.
Kilipase alone was wearing a perfect Cendrawasih on his head as well as the
noken.
When
the group arrived in front of Tepaisaka, Kilipase was hopping around, while pulling
the bow with its arrows, and pointed it to Tepaisaka’s face then released the
bowstring and said: "Hi Tepaisaka, the dogs are only capable of dreaming.
Never held any feast, nor war, and do not have plans. Besides expecting the
leftovers from the general people!" it was the way Kilipase treated
Tepaisaka evetytime he came to watch.
One
day Tepaisaka went to watch the dance again, but he was treated as usual. Upon
hearing these words Tepaisaka was crying, then returned to his village in
Kensiyo and Obariyo Island. Having arrived at home he laid down and wondering
the words of the arrogant Kilipase. It is customary when the traditional feast
was held, the audience would come up, either from the headmen or the common
people, but why would I only be teased? Why? Remembering the mockery, he took
the decision to kill Kilipase. Therefore, on the next day, he cook pork and papeda in some sempe. Then, he invited all the dogs from the entire the island.
Upon the invitation arrived, then they were pleased to eat together. But the
dogs would not eat before Tepaisaka shared the anxiousness in his heart.
Tepaisaka said that it was customary for a leader, to feed his people for the
sake of unity and integrity. However, the dogs remained insisting him. Having
been asked many times, finally Tepaisaka convey his heart. Hearing stories of
Tapaisaka, the dogs eat the meal instantly.
On
the next day they went to the Ibahele beach. Tepaisaka reminded the dogs to
hand over Kilipase to him when he was captured. Having arrived in there, the
dogs were getting ready at the appointed place. Shortly afterwards, the dancers
head called the dancers to enter the stage. The traditional dance events were
opened by Kilipase officially. Head of the dancers sang a song, and then
greeted by the dancers and accompanied with dance performance. When the group
arrived in front of Tepaisaka then Kilipase did it as he had done once to
Tepaisaka. Before Kilipase spoke some words, Tepaisaka used this opportunity to
pounce him. By that time, from all over the corner, the dogs that had been
hiding around, attacked and killed all those kangaroos.
From
the earlier Kilipase and Tepaisaka had fought mightily. Kilipase tried to
escape to the beach Ibahele, but Tepaisaka kept on pursuing him. Kilipase kept
running and swimming across the lake. As Tepaisaka could not swim, then he
roared with a vengeance, as if to ask for help to anyone to kill that kangaroo.
Hearing the Tepaisaka’s barking, a crocodile named BAROKELEU emerged to the
lakeside where Tepaisaka stood on. "Why did you roar that powerful?"
Said the crocodile. Tepaisaka told the story that was happening, with pointing
to the kangaroo who was swimming in the lake. Tepaisaka requested Barokeleu to
take him across the lake.
"I
can help you, but you must promise me first, if you succeed to kill that
kangaroo, do not forget my part." Said the crocodile. Tepaisaka has
pledged to share the kangaroo with the crocodile after killing him. Thus,
Tepaisaka had been allowed to climb onto his back, then he swam on the water
surface to take the dog across the lake. Arriving in the other part of
lakeside, the dog jumped onto land and chased the kangaroo. As the area was
marshy, the kangaroo had some trouble. Tepaisaka continued to pursue and killed
Kilipase who had already exhausted. Because of his viciousness and greediness,
Kilipase meat was eaten away. Once full, then he remembered his agreement with
the alligator. He was forced to find a way to cheat the crocodile. He bit the
rotten dadap tree roots as it
similarly looked like kangaroo meat.
Arriving
in lakeside he barked again, and crocodile was coming. He knew, the dog would
deliver kangaroo meat for him. As he was very hungry, the crocodile asked
Tepaisaka immediately to hand over the meal. However, Tepaisaka replied that he
would hand it over after the crocodile took him across the lake again. Although
Barokeleu was very hungry, he was still disposed to take Teipasaka across the
lake.
Arriving
on the lakeside, the crocodile was asked to open his mouth and the rotten roots
was thrown into it. Because he felt to be deceived as the bite feels hard, then
he hit the dog with his tail. Teipasaka could avoid it, but some blows hit his
stomach. The crocodile swore that his descendants would remain unfriendly to
the dog because Tepaisaka had deceived him. Tepaisaka got back to his people on
the hill Ibahele. His arrival was greeted with jubilation over the victory was
achieved. So they returned to the Kensio and Obario Island, then threw a party
in exaggerated for the victory.
No comments:
Post a Comment