Thursday, April 18, 2013

Papuans Fable, Tepaisaka and Kilipase

INDONESIA
Tepaisaka dan Kilipase

Adalah seekor anjing dan seekor kanguru yang masing-masing bernama Tepaisaka dan Kilipase. Kedudukan keduanya masing-masing menjabat sebagai kepala kampung. Tepaisaka dengan rakyatnya berkediaman di pulau Obariyo dan Kensio, sedangkan Kilipase bersama rakyatnya bertempat tinggal di bukit-bukit Ibahele, di tempat yang bernama Koteluyo dan Wauheheye Elu.
Setiap petang hari Tepaisaka berenang ke pantai Ibahele. Ia bermaksud akan menonton tarian adat dari rakyat kanguru yang dikepalai oleh Kilipase. Waktu pertunjukan sudah tepat maka pemimpin tarian memanggil rombongan penari masuk ke tempat tarian. Nama tempat tarian itu “Emaho Wahuyau” (bahasa daerah Sentani). Seluruh tubuh penari-penari itu dihiasi dengan bermacam-macam bulu burung seperti: Cenderawasih, Mambruk, Kakaktua, Kumkum dan bunga-bunga serta beraneka daun-daunan. Kilipase sendiri menggunakan seekor burung Cendrawasih yang utuh di atas kepalanya termasuk juga nokennya.
Ketika rombongan penari tiba didepan Tepaisaka, Kilipase melompat-lompat sambil menarik tali busur dengan anak panahnya, lalu diarahkan ke muka Tepaisaka kemudian melepaskan tali busur dan berkata: “Hai Tepaisaka, anjing-anjing biasanya hanya bermimpi-mimpi saja. Tidak pernah mengadakan sesuatu pesta, tidak berperang, pendeknya tidak punya acara. Selain hanya tinggal mengharapkan sisa-sisa makanan dari masyarakt umum!” begitulah perlakuan Kilipase terhadap Tepaisaka berulang-ulang kali, bila ia datang untuk menonton.
Pada suatu hari Tepaisaka pergi menonton lagi namun ia diperlakukan seperti biasanya. Ketika mendengar kata-kata penghinaan itu Tepaisaka menangis, lalu kembali ke kampungnya di pulau Obariyo dan Kensiyo. Sesampai dirumah ia berbaring sambil merenungkan kembali kata-kata Kilipase yang angkuh itu. Sudah menjadi kebiasaan kalau ada pesta adat, maka berdatanganlah penonton baik penghulu maupun rakyat biasa, tetapi mengapa saya saja yang diejek? mengapa? Teringat pada ejekan itu, ia mengambil keputusan untuk membunuh Kilipase. Oleh sebab itu keesokan harinya, ia menyuruh memasak daging babi dan papeda dalam beberapa sempe. Kemudian ia mengundang semua anjing yang berada di pulau itu. Setelah para undangan tiba lalu dipersilahkannya untuk makan bersama-sama. Tetapi anjing-anjing itu tidak mau makan sebelum Tepaisaka menyatakan isi hatinya kepada mereka. Tepaisaka mengatakan bahwa hal itu merupakan kebiasaan bagi seorang pemimpin, untuk memberi makan kepada masyarakatnya demi persatuan dan kesatuan mereka. Namun demikian anjing-anjing itu tetap pada pendiriannya. Karena diminta berkali-kali, akhirnya Tepaisaka menyampaikan isi hatinya. Mendengar kisah Tapaisaka, sekejap saja anjing-anjing tersebut menghabiskan makanan tadi.
Keesokan hari mereka berangkat ke pantai Ibahele. Tepaisaka mengingatkan anjing-anjing itu supaya Kilipase diserahkan kepadanya bila mana ia ditangkap. Setiba di sana anjing-anjing itu bersiap-siap pada tempatnya yang sudah ditentukan. Tiada beberapa lama kepala tarian memanggil para penari untuk memasuki tempat tarian. Acara tarian adat segera di buka dengan resmi oleh Kilipase. Kepala tarian melagukan sebuah lagu, lalu disambut para penari dan diiringi bersama dengan tarian yang dibawakan. Ketika rombongan penari itu tiba didepan Tepaisaka maka Kilipase berbuat seperti yang dilakukan dulu terhadap Tepaisaka. Pada saat Kilipase hendak berkata-kata lagi, kesempatan ini dipergunakan Tepaisaka untuk menerkamnya. Ketika itu juga dari segala penjuru, anjing-anjing yang sejak tadi bersembunyi menyerbu dan membunuh kanguru-kanguru itu.
Dari sejak tadi Kilipase dan Tepaisaka bergumul mati-matian. Kilipase berusaha melarikan diri ke pantai Ibahele, tetapi Tepaisaka tetap mengejarnya. Kilipase terus berlari dan berenang ke seberang danau. Oleh karena Tepaisaka tidak bisa berenang lalu ia meraung-raung sekuat-kuatnya, seolah-olah hendak meminta pertolongan kepada siapa saja untuk membunuh kanguru itu. Mendengar salakan tadi muncullah seekor buaya yang bernama BAROKELEU menuju tepi danau dimana Tepaisaka berdiri. ”Mengapa kau meraung sekuat itu?” tanya buaya. Tepaisaka menceritakan peristiwa yang telah terjadi, sambil menunjuk ke arah kanguru yang sedang berenang di danau itu. Tepaisaka meminta agar diantarkan ke seberang danau.
“Aku dapat menolongmu, tetapi kau harus berjanji dulu, jika berhasil membunuh kanguru itu jangan lupa bagian ku.” kata buaya. Tepaisaka pun berjanji akan berbagi dengan si buaya bila kanguru dibunuh. Dengan demikian Tepaisaka dibolehkan naik ke punggungnya, kemudian meluncur di permukaan air hendak menyeberangkan anjing ke sebelah danau. Setiba di seberang anjing melompat ke darat lalu mengejar kanguru. Karena daerah itu berawa-rawa, kanguru mengalami kesulitan. Tepaisaka terus mengejar dan membunuh Kilipase yang sudah kepayahan. Oleh karena ganas dan rakusnya, daging Kilipase dimakannya hingga habis. Setelah kenyang barulah ia teringat perjanjiannya dengan buaya itu. Terpaksa ia mencari akal untuk memperdayakan buaya itu. Digigitnya akar pohon dadap yang sudah lapuk karena akar ini hampir menyerupai daging kanguru.
Setiba dipantai ia menyalak lagi, lalu buaya pun segera datang. Ia tahu, pasti anjing mengantarkan daging kanguru untuknya. Karena sudah lapar buaya meminta bagiannya segera diserahkan untuk di makan. Namun Tepaisaka menjawab bahwa penyerahan daging kanguru akan dilakukan setelah sampai di seberang. Walaupun sudah lapar buaya masih bersedia juga mengantarkan Teipasaka ke seberang.
Setiba di daratan buaya itu disuruh membuka mulutnya lalu dilemparkan akar busuk tadi ke dalam mulutnya. Karena yang digigit terasa keras, maka buaya memukul anjing dengan ekornya. Teipasaka sempat melompat, namun sebagian perutnya kena pukulan. Buaya bersumpah bahwa turun-temurunnya tetap bermusuhan dengan anjing karena Tepaisaka telah menipunya. Tepaisaka kembali menemui rakyatnya di bukit Ibahele. Kedatangannya disambut dengan sorak-sorai atas kemenangan yang sudah dicapai. Seterusnya mereka kembali ke pulau Obario dan Kensio, lalu mengadakan pesta secara besar-besarkan atas kemenangannya. 

ENGLISH

Tepaisaka and Kilipase

There were a dog and a kangaroo each named Tepaisaka and Kilipase. Both of them served as chief. Tepaisaka resided with his people in Obariyo and Kensio Island, while Kilipase with his people lived in the hills Ibahele, at a place called Koteluyo and Wauheheye Elu.
Every evening Tepaisaka swam to Ibahele beach. He intended to watch the traditional dance of the kangaroo folk led by Kilipase. The show time was coming and the leader of the dance called all the dancers to perform on the stage. The stage was called "Emaho Wahuyau" (language of the Sentani area). The entire body of the dancers were decorated with various assortment of feathers like: Cenderawasih, Mambruk, cockatoos, Kumkum and flowers and also various greenery. Kilipase alone was wearing a perfect Cendrawasih on his head as well as the noken.
When the group arrived in front of Tepaisaka, Kilipase was hopping around, while pulling the bow with its arrows, and pointed it to Tepaisaka’s face then released the bowstring and said: "Hi Tepaisaka, the dogs are only capable of dreaming. Never held any feast, nor war, and do not have plans. Besides expecting the leftovers from the general people!" it was the way Kilipase treated Tepaisaka evetytime he came to watch.
One day Tepaisaka went to watch the dance again, but he was treated as usual. Upon hearing these words Tepaisaka was crying, then returned to his village in Kensiyo and Obariyo Island. Having arrived at home he laid down and wondering the words of the arrogant Kilipase. It is customary when the traditional feast was held, the audience would come up, either from the headmen or the common people, but why would I only be teased? Why? Remembering the mockery, he took the decision to kill Kilipase. Therefore, on the next day, he cook pork and papeda in some sempe. Then, he invited all the dogs from the entire the island. Upon the invitation arrived, then they were pleased to eat together. But the dogs would not eat before Tepaisaka shared the anxiousness in his heart. Tepaisaka said that it was customary for a leader, to feed his people for the sake of unity and integrity. However, the dogs remained insisting him. Having been asked many times, finally Tepaisaka convey his heart. Hearing stories of Tapaisaka, the dogs eat the meal instantly.
On the next day they went to the Ibahele beach. Tepaisaka reminded the dogs to hand over Kilipase to him when he was captured. Having arrived in there, the dogs were getting ready at the appointed place. Shortly afterwards, the dancers head called the dancers to enter the stage. The traditional dance events were opened by Kilipase officially. Head of the dancers sang a song, and then greeted by the dancers and accompanied with dance performance. When the group arrived in front of Tepaisaka then Kilipase did it as he had done once to Tepaisaka. Before Kilipase spoke some words, Tepaisaka used this opportunity to pounce him. By that time, from all over the corner, the dogs that had been hiding around, attacked and killed all those kangaroos.
From the earlier Kilipase and Tepaisaka had fought mightily. Kilipase tried to escape to the beach Ibahele, but Tepaisaka kept on pursuing him. Kilipase kept running and swimming across the lake. As Tepaisaka could not swim, then he roared with a vengeance, as if to ask for help to anyone to kill that kangaroo. Hearing the Tepaisaka’s barking, a crocodile named BAROKELEU emerged to the lakeside where Tepaisaka stood on. "Why did you roar that powerful?" Said the crocodile. Tepaisaka told the story that was happening, with pointing to the kangaroo who was swimming in the lake. Tepaisaka requested Barokeleu to take him across the lake.
"I can help you, but you must promise me first, if you succeed to kill that kangaroo, do not forget my part." Said the crocodile. Tepaisaka has pledged to share the kangaroo with the crocodile after killing him. Thus, Tepaisaka had been allowed to climb onto his back, then he swam on the water surface to take the dog across the lake. Arriving in the other part of lakeside, the dog jumped onto land and chased the kangaroo. As the area was marshy, the kangaroo had some trouble. Tepaisaka continued to pursue and killed Kilipase who had already exhausted. Because of his viciousness and greediness, Kilipase meat was eaten away. Once full, then he remembered his agreement with the alligator. He was forced to find a way to cheat the crocodile. He bit the rotten dadap tree roots as it similarly looked like kangaroo meat.
Arriving in lakeside he barked again, and crocodile was coming. He knew, the dog would deliver kangaroo meat for him. As he was very hungry, the crocodile asked Tepaisaka immediately to hand over the meal. However, Tepaisaka replied that he would hand it over after the crocodile took him across the lake again. Although Barokeleu was very hungry, he was still disposed to take Teipasaka across the lake.
Arriving on the lakeside, the crocodile was asked to open his mouth and the rotten roots was thrown into it. Because he felt to be deceived as the bite feels hard, then he hit the dog with his tail. Teipasaka could avoid it, but some blows hit his stomach. The crocodile swore that his descendants would remain unfriendly to the dog because Tepaisaka had deceived him. Tepaisaka got back to his people on the hill Ibahele. His arrival was greeted with jubilation over the victory was achieved. So they returned to the Kensio and Obario Island, then threw a party in exaggerated for the victory.
 

No comments:

Post a Comment